Senin, 03 Juli 2017

Psikologi Pendidikan (resume #6) : Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada siswa dalam upaya mencapai perkembangan yang optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungan.

 Tujuan Bimbingan :
·                     Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan masa yang akan datang
·                     Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin
·                     Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan
·                     Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerja.

Pengertian bimbingan dan konseling :
·                     Bimbingan merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada peserta didik dalam mencapai perkembangan optimal yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar. 
·                     Konseling merupakan layanan utama bimbingan dalam upaya membantu individu agar mampu mengembangkan diri dan mengatasi masalah melalui hubungan tatap muka atau melalui media, baik secara perorangan maupun kelompok.

Fungsi Bimbingan :
·                     Pemahaman, membantu siswa memahami potensi yang dimilikinya.
·                     Preventif, mengantisipasi masalah dan berusaha mencegahnya.
·                     Pengembangan, berupaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
·                     Perbaikan (penyembuhan), membantu siswa yang telah memiliki masalah.
·                     Penyaluran, membantu siswa memilih kegiatan pemantapan penguasaan karir.
·                     Adaptasi, memilih metode pendidikan sesuai dengan kemampuan individu.
·                     Penyesuaian, membantu siswa menyesuaikan diri dengan program pendidikan.

Macam-macam Bimbingan berdasarkan masalah:
1. BIMBINGAN AKADEMIK
Diarahkan  untuk membantu individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah akademik :
·                        Pengenalan kurikulum.
·                        Pemilihan jurusan.
·                        Cara belajar.
·                        Penyelesaian tugas dan latihan.
·                        Pencarian dan penggunaan sumber belajar.
2. BIMBINGAN SOSIAL PRIBADI
Membantu siswa memecahkan masalah sosial pribadi :
·                        Hubungan sesama teman.
·                        Hubungan dengan guru dan staf .
·                        Pemahaman sifat.
·                        Penyesuaian dengan lingkungan pendidikan danmasyarakat.
·                        Penyelesaian konflik.

3. BIMBINGAN KARIR
Membantu individu dlm perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah karir :
·                        Pemahaman terhadap jabatan, tugas kerja.
·                        Pemahaman kondisi dan kemampuan diri.
·                        Pemahaman kondisi lingkungan.
·                        Perencanaan dan pengembangan karir.
·                        Penyesuaian pekerjaan.
·                        Pemecahan masalah karir yang dihadapi.

 PRINSIP-PRINSIP DARI BIMBINGAN:
·                     Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu baik bermasalah maupun tidak, 
·                     Bimbingan bersifat individualisasi yang memandang setiap individu itu unik, 
·                     Bimbingan menekankan hal yang positif yang membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, 
·                     Bimbingan merupakan usaha bersama dimana konselor, guru-guru dan kepala sekolah saling bekerjasama,
·                     Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan, 
·                     Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan dimana bimbingan tidak hanya dapat berlangsung di sekolah. 

JENIS LAYANAN BIMBINGAN:
1.                 Pelayanan pengumpulan data tentang siswa dan lingkungannya sbg usaha utk mengetahui diri individu seluas-luasnya & latar belakang lingkungannya.
2.                 Penyajian informasi yang menyajikan informasi mengenai berbagai aspek kehidupan yang diperlukan individu.  Orientasi/Orientation (Cara belajar, ergaulan., Artikulasi (Articulation – khusus untuk calon siswa), dll.  
3.                 Konseling merupakan layanan terpenting dalam program bimbingan yang memfasilitasi individu memperoleh bantuan pribadi secara langsung.
4.                 Penempatan (Placement) dan  Tindak lanjut (Follow-up – khusus untuk alumni): pilihan kegiatan ekstrakurikuler, pilihan program studi, pilihan sekolah lanjutan, tindak lanjut., dll.
5.                 Penilaian dan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tujuan apa saja yang telah dicapai dari program yang  dilaksanakan.
6.                 Konsultasi(Consultation):

·                              Dengan petugas administrasi sekolah
·                              Dengan staf pengajar.
·                              Dengan orangtua siswa – secara
·                              individual atau dalam bentuk pertemuan dengan para orangtua. 


Psikologi Pendidikan (resume #5) : Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Siapakah anak yang menderita ketidakmampuan itu?

Disability adalah keterbetasan (ketidakmampuan) personal yang membatasi pelaksanaan fungsi seseorang. Handicap adalah kondisi yang dinisbahkn pada orang yang menderita ketidakmampuan.

Gangguan Indera

Gangguan Penglihatan. Tugas penting untuk mengajar anak yang menderita gangguan ini adalah menentukan modalitas yang dengannya murid dapat belajar dengan baik.
Gangguan  Pendengaran. Terdapat dua kategori pendekatan pendidikan untuk anak yang mengalami gangguan ini, yakni pendekatan oral (gerak bibir) dan pendekatan manual (bahasa isyarat dan mengeja jari).
Gangguan Fisik
Gangguan Ortopedik. Biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang, atau sendi. Cerebral palsy adalah gangguan yang berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah, atau bicaranya tidak jelas. Komputer dapat membantu mereka, mereka dapat melakukan koordinasi untuk menggunakan keyboard untuk tugas menulis.
Gangguan Kejang-Kejang. Epilepsi (jenis yang paling kerap dijumpai) adalah gangguan saraf yang biasanya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang.

Retardasi Mental

Merupakan kondisi sebelum 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasaran (biasanya nilai IQ berada dibawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari.

Klasifikasi dan Tipe Retardasi Mental. Retardasi mental digolongkan menjadi retardasi ringan, moderat, berat, dan parah. Sekitar 85% murid dengan retardasi mental termasuk dalam kategori ringan.
Penyebab. Retardasi mental disebabkan oleh faktor genetik (down syndrome dan fragile x syndrome) dan kerusakan otak (fetal alcohol syndrome).
Gangguan Bicara dan Bahasa
Gangguan bicara dan bahasa antara lain masalah dalam berbicara (seperti gangguan artikulasi, gangguan suara, dan gangguan kefasihan berbicara), dan problem bahasa (seperti kesulitan menerima informasi dan mengekspresikan bahasa)
Gangguan Artikulasi. Problem dalam melafalkan suara secara benar.
Gangguan Suara.Gangguan dalam menghasilkan ucapan, yakni ucapan yang keras, kencang, terlalu keras, terlalu tinggi, atau terlalu rendah nadanya.
Gangguan Kefasihan. Gangguan yang biasa disebut gagap.
Gangguan Bahasa. Kerusakan signifikan dalam bahasa reseptif atau bahasa ekspresif anak. Bahasa reseptif adalah resepsi dan pemahaman bahasa, sedangkan bahasa ekspresif adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan pemikiran dan berkomunikasi dengan orang lain.

Ketidakmampuan Belajar

Learning disability adalah ketidakmampuan dimana anak: (1) punya inteligensi norma atau di atas rata-rata; (2) kesulitan setidaknya dalam satu atau lebih mata pelajaran; dan (3) tidak punya problem atau gangguan lain, seperti retardasi mental, yang menyebabkan kesulitan. Dyslexia adalah kerusakan berat dalam kemampuan membaca dan mengeja.
Identifikasi. Identifikasi awal terhadap gangguan belajar biasanya dilakukan oleh guru dikelas. Apabila anak dicurigai mengalaminya, guru akan memanggil spesialis. Tim profesional lintas-disiplin biasanya adalah yang paling cocok untuk memverifikasi apakah seorang murid mengalami gangguan belajar atau tidak.
Strategi Intervensi. Banyak intervensi difokuskan pada upaya meningkatkan kemampuan membaca si anak. Misalnya, dalam sebuah studi, pengajaran fonologi  di level taman kanak-kanak memberikan efek positif pada perkembangan kemampuan membaca ketika anak-anak itu masuk ke grade satu.

Attention Deficit Hyperacivity Disorder

Attention deficit hyperacivity disorder atau ADHD adalah bentuk ketidakmampuan anak yang ciri-cirinya antara lain: (1) kurang perhatian; (2) hiperaktif; dan (3) impulsif. Anak yang menunjukkan gejala ADHD didiagnosis sebagai: (1) ADHD dengan kecenderungan lebih pada kurang perhatian; (2) ADHD dengan kecenderungan lebih pada hiperaktif/impulsif; atau (3) ADHD dengan kecenderungan baik itu kurang perhatian maupun hiperaktif/impulsif.
Gangguan Perilaku dan Emosional
Hal ini terdiri dari masalah yang serius dan terus-menerus yang berkaitan dengan hubungan, agresi, depresi, ketakutan yang berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah, dan juga berhubungan dengan karakteristik sosioemosional yang tidak tepat.
Perilaku Agresif, di Luar Kontrol. Beberapa anak yang digolongkan memiliki gangguan emosional serius dan melakukan tindakan yang menganggu, agresif, membakang atau membahayakan, biasanya akan dikeluarkan dari sekolah.

Depresi, Kecemasan, dan Ketakutan. Depresi adalah jenis gangguan mood dimana pengidapnya merasa dirinya tak berharga sama sekali, percaya bahwa keadaan tidak akan pernah membaik, dan tampak lesu dan tidak bersemangat dalam jangka yang lama.

Psikologi Pendidikan (resume #4) : Tes dan Evaluasi

Sifat Tes Standar Atau Ujian yang Diabaikan

Apa Itu Tes Standar?

Tes Standar atau tes yang dibakukan mengandung prosedur yang seragam untuk menentukan nilai dan administrasinya. Tes standar bisa membandingkan kemampuan murid dengan murid lain pada usia atau level yang sama, dan dalam banyak kasus perbandingan ini dilakukan pada tingkat nasional.

Tujuan Tes Standar
1.      Memberikan informasi tentang kemajuan murid
2.      Mendiagnosis kekuatan dan kelemahan murid
3.      Memberikan bukti untuk penempatan murid dalam program
4.      Memberi informasi untuk merencanakan dan meningkatkan pengajaran atau instruksi
5.      Membantu administrator mengevaluasi program
6.      Memberikan akuntabilitas

Perhatian terhadap akuntabilitas telah memunculkan tes berbasis standar, yang menilai kemampuan atau keahlian yang diharuskan dimiliki murid sebelum mereka naik ke kelas berikutnya atau ke jenjang univeristas.

Tes Beresiko Tinggi adalah menggunakan tes dengan cara sedemikian rupa yang mengandung konsekuensi penting bagi murid, memengaruhi keputusan seperti apakah murid itu akan naik kelas atau lulu.
Kriteria untuk Mengevaluasi Tes Standar

Norma. Kelompok norma yakni kelompok dari individu yang sama yang sebelumnya telah diberi ujian oleh penguji.

Validitas. Validitas adalah sejauh mana sebuah tes mengukur apa-apa yang hendak diukur dan apakah inferensi tentang nilai tes itu akurat atau tidak. Dari segi karakteristik tes itu sendiri, ada tiga tipe validitas: validitas isi, validitas kriteria, dan validitas konstruk. Tes standar yang valid harus mengandung validitas isi yang baik, yakni kemampuan tes untuk mencakup sample isi yang  hendak diukur. Bentuk lain dari validitas adalah validitas kriteria yakni kemampuan tes untuk meprediksi kinerja murid saat diukur dengan penlaian atau kriteria yang lain. Validitas kriteria dapat bersifat concurrent dan predictive. Concurrent validity adalah relasi antara nilai tes dengan kriteria lain yang ada saat ini. Predictive validity adalah relasi antara nilai tes dengan kinerja masa depan murid. Tipe ketiga dari validitas adalah construct validitas, sebuah konstruk adalah ciri yang tidak bisa dilihat dari seseorang, seperti inteligensi, gaya belajar, personalitas, atau kecemasan.

Reliabilitas. Berarti sejauh mana sebuah prosedur tes bisa menghasilkan nilai yang konsisten dan dapat direproduksi. Reliabilitas dapat diukur dengan beberapa cara, antara lain test-retest reliability, alternate forms reliability, dan split-half reliability. Test-retest reliability adalah sejauh mana sebuah prosedur tes bisa menghasilkan kinerja yang sama ketika seorang siswa diberi tes yang sama dalam dua kesempatan yang berbeda. Alternate reliability-forms ditentukan dengan memberikan bentuk yang berbeda dari tes yang sama pada dua kesempatan yang berbeda untuk kelompok murid yang sama dan mengamati seberapa konsistenkah skornya. Dan split-half reliability adalah membagi item tes menjadi dua bagian, seperti item bernomor ganjil dan genap.

Keadilan. Tes yang adil adalah tes yang tidak bias dan tidak diskriminatif. Tes itu tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor gender, etnis, atau faktor subjektif seperti bias penilai.
Ujian Negara Berisiko Tinggi (High-Stakes)

Format Ujian Negara. Dari sudut pandang konstruktivis, ujian yang diwajibkan negara ini menggunakan format yang salah, terdiri dari soal pilihan berganda. Hampir semua negara bagian menggunakan penilaian yang mengacu pada kriteria, yang berarti bahwa nilai murid dievaluasi berdasarkan standar yang telah ditetapkan.

Keuntungan dan Penggunaan Tes Beresiko Tinggi. Sejumlah pembuat kebijakan berpendapat bahwa ujian negara beresiko tinggi memberikan sejumlah efek positif:
·         Meningkatkan kinerja murid
·         Lebih banyak waktu untuk mengajarkan pelajaran yang diujikan
·         Ekspektasi tinggi untuk semua murid
·         Identifikasi sekolah, guru, dan administrator yang berkinerja payah
·         Meningkatkan rasa percaya diri disekolah setelah nilai ujian naik

Kritik Terhadap Ujian Negara. Kritik terhadap ujian yang diwajibkan negara ini menyatakan bahwa ujian negara akan menimbulkan akibat negatif:
·         Menumpulkan kurikulum dengan penekanan lebih besar pada hafalan ketimbang pada keahlian berfikir dan memecahkan masalah
·         Mengajar demi ujian
·         Diskriminasi terhadap murid dari status sosioekonomi rendan dan minoritas

Salah satu keprihatinan dari tes beresiko tinggi ini adalah soal validitas inferensi yang diambil dari hasil ujian. Sekadar meraih nilai tinggi bukan berarti pendidikan sudah meningkat. Keprihatinan lainnya adalah pada sejauh mana ujian ini berguna untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran--tujuan utama dari reformasi pendidikan.

Tes Distrik dan Nasional

Ujian Distrik (Lokal). Di Spencerport, New York, distrik sekolah mengumpulkan informasi tentang kinerja murid dengan tes berikut ini: Stanford Achievement Test in Reading; New York State Pupil Evaluation Test in Reading (grade 3-6), Written Expression (grade 5), and Mathematics (grade 3 dan 6; dll, yang diberikan kepada murid yang berencana masuk ke universitas atau akademik dan Advanced Placement Tests untuk bidang sejarah AS, biologi, kimia, sastra dan bahasa Inggris, Perancis, Spanyol, Kalkuluss dan teori musik.

Penilaian Nasional dan Standar Kelas . Pemerintah federal juga dilibatkan dalam menstandarisasikan ujian melalui National Assessment of Educational Progress (NAEP). NAEP adalah penelitian mirip sensus terhadap pengetahuan, keahlian, pemahaman, dan sikap generasi muda Amerika. Temuan dari NAEP menunjukkan tren berikut ini:
·         Membaca
·         Matematika
·         Sains


Sebuah analisis terhadap ujian standar nasional menemukan bahwa, dibandingkan dengan ujian standar Amerika, ujian standar di negara lain: (1) memasukkan lebih banyak soal dengan jawaban pendek, pertanyaan esai dan terbuka; dan (2) lebih berhubungan dengan kurikulum dan buku pegangan sehingga murid di negara itu tahu apa yang perlu untuk mereka pelajari.

Senin, 10 April 2017

Sabtu, 08 April 2017

Psikologi Pendidikan : Testimoni Perkuliahan


Dari awal perkuliahan mata kuliah Psikologi Pendidikan, saya merasakan beberapa hal menarik setiap minggunya. Dengan dosen pengajar yang tidak tetap, membuat proses pembelajaran semakin variatif. Materi perkuliahan disajikan dengan metode ceramah dari dosen pengajar. Pembelajaran dengan metode ceramah bukan berarti dosen tidak melibatkan mahasiswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Justru dari sebagian besar cara belajar selama perkuliahan, dosen sangat sering memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk dapat akitf dalam perkuliahan, dengan memberikan pertanyaan, memberikan kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari mahasiswa-mahasiswa yang lain. Beberapa tugas juga tidak lupa diberikan oleh dosen untuk meningkatkan pemahaman akan materi yang dipelajari. Termasuk tugas observasi ke sekolah yang meningkatkan pemahaman dan pengalaman saya dalam bidang psikologi. Beberapa dosen juga memberikan reward bagi mahasiswa yang aktif, tentunya guna meningkatkan motivasi dan semangat dalam kegiatan belajar mengajar. Dan juga, sudah menjadi sebuah kewajiban bagi mahasiswa untuk membaca materi sebelum perkuliahan dimulai, harapannya adalah agar mahasiswa dapat mengikuti proses perkuliahan dengan baik dan materi dapat tersampaikan dengan lebih efektif. Menurut saya pada intinya adalah, dalam pembelajaran mata kuliah ini, selain karena berisi materi-materi yang sangat menarik, menggunakan metode pembelajaran yang tidak monoton dan dengan suasana kelas yang akitf, hal ini meningkatkan efektivitas pemahaman materi dalam mata kuliah psikologi pendidikan ini.

Psikologi Pendidikan : Manajemen Kelas di SMK Nusa Penida


Manajemen Kelas pada Siswa Kelas 12 di SMK Nusa Penida
Tugas observasi SMK oleh kelompok
- Via DwiWulandari             161301003
- Helen Oktavia S                 161301006
- Fernaldo Frans                   161301021
- Erika Sustari                       161301031
- Vania Salsabyla                 161301033
- Risky Amelia Saragih       161301061
- M Prananda Sikumbang   161301068
Topik : Suasana kelas dan cara pengajaran guru dikelas pada siswa SMK
Judul: Manajemen Kelas pada siswa kelas 12 di SMK Nusa Penida

Perencanaan
Pendahuluan
Untuk memiliki skill tertentu pada zaman sekarang ini sangatlah dibutuhkan. Dimana, banyaknya tenaga kerja terlihat lebih berkualitas dan kompeten jika ia tidak hanya memiliki wawasan yang luas, namun juga memiliki skill tertentu. Hal ini berkaitan dengan susahnya untuk menjadi anggota suatu perusahaan ataupun membuka suatu lapangan kerja tanpa sebuah skill yang baik. Adapun topik tersebut kami pilih karena kualitas seorang manusia itu bisa ditentukan oleh salah satunya skill atau kemahiran tertentu yang dimiliki, pada saat masa pembelajaran, suasana dan cara penyampaian pengajar sangatlah berpengaruh untuk proses dan perkembangan berpikir. Disini kami membahas tentang bagaimana manajemen kelas tersebut karena pembelajaran yang efektif didasari oleh penyampaian pengajar dan kekondusifan kelas saat pembelajaran berlangsung. Jika kelas memiliki manajemen kelas yang baik, para murid maupun pengajar akan memiliki energi positif yang akan menciptakan suasana dan pemikiran yang baik dalam melaksanakan pembelajaran, dan tentunya suasana tempat belajar dan cara penyampaian pengajar sangat baik maka daya serap siswa juga akan bekerja dengan maksimal
Objek yang kami pilih dalam penelitian ini adalah murid kelas 3 SMK Nusa Penida, Medan. Sekolah ini kami pilih karena skill yang baik harusnya dibentuk dan diasah sejak dini, dan SMK Nusa Penida ini adalah sebuah sekolah kejuruan dimana para murid telah belajar ditempat atau kejuruan yang mereka tentukan untuk lebih memfokuskan minat mereka. Dengan memilih sekolah kejuruan, para murid dapat mengasah skill mereka dengan mempelajarinya sejak dini, karena banyak murid di sekolah biasa tentunya belum bisa memilih minat mereka.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat keantusiasan siswa dalam belajar dan melihat bagaimana dukungan atau arahan pengajar dalam memotivasi siswa untuk selalu meningkatkan semangat murid kelas 12 dalam belajar.
Landasan Teori
A. Tinjauan Tentang Pengelolaan Kelas
Pendidik memegang peran yang sangat penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Ada banyak indikator yang menunjukkan pendidik tersebut berhasil dalam mengajarnya, di antara indikator tersebut yaitu seorang pendidik harus menguasai materi atau bahan pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik, memiliki kemampuan berinteraktisi yang baik dengan peserta didik, mampu memilih dan menggunakan metode, startegi dan media yang sesuai dengan materi yang diajarkan, mampu mendesain pembelajaran dengan baik, selain itu pendidik mampu menciptakan atmosfer “suasana” kelas yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Mengajar merupakan usaha yang dilakukan oleh pendidik dalam mengorganisasi lingkungan belajar sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan serta untuk memotivasi peserta didik agar lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karenanya kegiatan pembelajaran yang sangat penting adalah terletak pada kearifan dalam mengorganisasi lingkungan.
Proses pembelajaran yang baik akan meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan dalam pembelajaran. Oleh karenanya, sangat penting bagi pendidik memiliki kemampuan dalam mengola kelas dengan baik, menciptakan suasana kelas yang harmonis sehingga pembelajaran berjalan dengan optimal. Beberapa indikator tersebut adalah ciri dari guru yang mampu menguasai kelas atau mengola kelas dengan baik sehingga keberhasilan dalam belajar mengajar tercapai.
1.         Pengertian dan Tujuan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas terdiri dari dua suka kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Jika dilihat dalam kamus besar bahasa Indonesia pengelolaan merupakan proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.
Pengertian kelas dalam arti bahasa adalah ruang tempat belajar di sekolah atau juga bisa diartikan sebagai sekelompok masyarakat berdasarkan pendidikan, penghasilan, kekuasaan,Proses Belajar Mengajar,
Menurut Arikunto, kelas tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang  lebih spesifik seperti yang telah dikenal dalam dunia pendidikan, kelas merupakan sekumpulan siswa yang menerima mata pelajaran yang sama dari seorang pendidik yang sama dan dalam waktu yang sama pula.
Pengelolaan kelas adalah kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar yang optimal serta dapat mengatasi berbagai masalah yang timbul dalam kelas selama proses belajar mengajar. Berbagai upaya dalam menciptakan suasana belajar yang optimal antara lain dengan menata ruangan/fisik kelas dengan baik, penataan kursi dan bangku peserta didik serta berbagai sarana dan prasarana yang ada didalam kelas, selain mengola fisik kelas pendidik juga harus mengola sistem pembelajaran yang baik agar peserta didik mampu menerima materi yang disampaikan pendidik secara maksimal dengan lebih nyaman, menyenangkan dan dinamis di dalam kelas.
Pengelolaan kelas menurut Ahmad Rohani adalah merujuk kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan “raport”, penghentian tingkah laku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketetapan waktu penyelesaian tugas oleh penetapan norma kelompok yang produktif dan sebagainya).
Menurut Sudarwan Danim manajemen kelas atau pengelolaan kelas dapat didefinisikan sebagai berikut :
a.         Pengelolaan kelas adalah seni atau parksis (praktik dan startegi) kerja yaitu pendidik bekerja secara individu, dengan atau melalui orang lain untuk mengoptimalkan sumber daya kelas bagi penciptaan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Yang dimaksud dengan sumber daya kelas adalah instrument, proses pembelajaran sebagai inti dan hasil belajar sebagai muaranya
b.         Pengelolaan kelas merupakan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan oleh pendidik, baik individu maupun dengan orang lain untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Kata perencanaan pembelajaran dan unsur-unsur penunjangnyaPelaksanaan bermakna proses pembelajaran sedangkan evaluasi bermakna evaluasi pembelajaran yang terdiri dari dua jenis yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil pembelajaran
c.         Pengelolaan kelas merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan oleh pendidik baik individu maupun dengan orang lain untuk mencapai tujuan 22 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran pembelajaran yang efektif dan efisien dengan cara memanfatkan segala sumber daya yang ada.
Salman Rusydie mendefinisikan pengelolaan kelas yang tak jauh beda dari tokoh-tokoh diatas, menurutnya pengelolaan kelas merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengatur agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara sistematis. Usaha tersebut mengarah pada persiapan materi yang akan diajarkan, persiapan berbagai sarana dan prasarana atau alat peraga jika ada, pengaturan fisik kelas (ruang belajar), mewujudkan situasi dan kondisi belajar yang nyaman sehingga tidak membosankan bagi peserta didik dan pengaturan waktu yang baik serta terus mengontrol jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir dengan baik sehingga tujuan kurikulum dapat tercapai.
Sedangkan pengelolaan kelas menurut Mulyasa yang dikutip oleh Martinis Yamin dan Maisah dalam bukunya “Manajemen Pembelajaran Kelas” mengatakan bahwa pengelolaan kelas merupakan keterampilan pendidik dalam menciptakan iklim/suasana pembelajaran yang kondusif dan efektif serta kemampuan dalam mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.
Ada beberapa indikator dalam menentukan keberhasilan mengelola kelas, Menurut Edmund, Emmer dan Caroly Evertson yang dikutip oleh Sri Esti Wuryani Djiwandono, bahwa indikator keberhasilan dari pengelolaan kelas adalah sebagai berikut :
1.         Tingkah laku guru yang dapat menghasilkan prestasi siswa yang tinggi karena keterlibatan siswa dikelas
2.         Tingkah laku siswa yang tidak banyak menganggu kegiatan guru dan siswa lain 3. Menggunakan waktu belajar yang efisien.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah suatu kegiatan terencana yang dilakukan oleh pendidik dalam mengola kelas dengan menggunakan sumber daya yang ada. Baik dari segi fisik kelas maupun material. Dari segi fisik misalnya dalam mengola bangku serta sarana dan prasana yang ada, sedangkan dari segi material terdiri dari kemampuan pendidik dalam berinteraksi dengan peserta didik, kemampuan pendidik dalam menggunakan metode serta strategi yang tepat dan kemampuan pendidik dalam menggunakan media yang sesuai. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah dengan mengola kelas dengan baik pendidik dapat dengan mudah mengatasi berbagai masalah yang muncul selama proses pembelajaran.
Semua hal tersebut dimaksudkan untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif sehingga peserta didik menjadi lebih nyaman dan menyenangkan selama proses belajar mengajar serta peserta didik dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki dengan begitu tujuan pendidikan akan tercapai dengan maksimal.
2.         Pendekatan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, melaikan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Permasalahan yang timbul dari peserta didik merupakan faktor utama yang terkait langsung dengan pengelolaan kelas. Oleh karenanya ada beberapa pendekatan yang dapat diaplikasikan didalam mengola kelas yang sesuai dengan masalahmasalah yang terjadi. Karena pada intinya pendekatan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kegairahan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar baik secara individual maupun secara berkelompok. Pendekatan tersebut antara lain:
a.         Pendekatan konseling
Kedisiplinan peserta didik menjadi fokus utama dalam pengelolaan kelas dan menjadi faktor yang sangat mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar. Peserta didik yang mempunyai masalah dan yang sering melakukan penyimpangan harus mendapat perhatian utama dan penanganan khusus daripada peserta didik yang lainnya.
Dalam hal ini pendidik harus aktif dalam melakukan pengawasan terhadap peserta didik. Pendekatan konseling ini menempatkan pendidik untuk selalu berupaya dalam mengenali masalah yang dimiliki oleh setiap peserta didik sekaligus mampu memberikan solusi untuk memecahkan masalahnya. Selain itu pendidik harus mampu membantu peserta didik untuk mengenali diri mereka sendiri sehingga peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya.
Dengan begitu apabila pendidik menguasai dalam pendekatan konseling ini maka proses belajar mengajar dikelas akan berjalan lancar sesuai dengan apa yang telah direncanakan
b.         Pendekatan perubahan tingkah laku
Pendekatan perubahan tingkah laku dalam pengelolaan kelas dimaksudkan merubah tingkah laku peserta didik dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Agar pengelolaan kelas dapat tercapai dengan baik, berjalan dengan efektif, maka pendidik harus melakukan pendekatan perubahan tingkah laku.
Peran pendidik dalam pendekatan ini adalah mengembangkan tingkah laku yang baik dari peserta didik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik dari peserta didik. Dalam hal ini pendidik berupaya merubah tingkah laku peserta didik misalnya dengan memberikan reward kepada peserta didik. Ada dua macam reward dalam dunia pendidikan, yaitu:
1) Reward Positif
Reward positif diberikan kepada peserta didik yang berprestasi, peserta didik yang bertingkah laku baik dan peserta didik yang menampilkan sikap positif ketika dalam proses belajar mengajar.
Reward positif bisa dengan memberikan pujian didepan teman-temannya atau juga dengan cara memberikan nilai tambahan kepada peserta didik tersebut.
2) Reward Negatif
Pada umumnya peserta didik yang menyimpang akan diberikan hukuman/punishment, tetapi memberikan hukuman pada dasarnya tidak diperbolehkan dalam proses pebelajaran dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Maka untuk menangani peserta didik yang bermasalah atau yang menyimpang, pendidik dapat memberikanya reward negatif.
Reward negatif bisa berupa pengurangan nilai atau juga dengan memberikan tugas tambahan untuk peserta didik yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik jera dan tidak akan mengulangi perbuatan menyimpang sehingga secara perlahan masalah tentang tingkah laku peserta didik yang menyimpang atau kurang baik akan berubah menjadi baik.
c.         Pendekatan kekuasaan
Pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai proses mengontrol tingkah laku peserta didik didalam proses pembelajaran. Menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas secara kondusif merupakan peran yang sangat penting bagi pendidik. Pendidik memiliki kekuasaan untuk memerintah peserta didik agar tetap disiplin dan mentaati aturan/norma yang telah disepakati bersama antara pendidik dan peserta didik. Pendidik melakukan pendekatan tersebut melalui kekuasaan dalam bentuk norma yang telah disepakati tersebut.
Dengan demikian, fungsi pendidik sebagai individu yang berkuasa didalam kelas perlu dipahami dan diterapkan dengan baik, agar peserta didik dapat mencapai tujuan belajar dan pembelajaran dengan baik.
d.         Pendekatan ancaman
Ancaman juga dapat dijadikan salah satu pendekatan yang perlu dilakukan pendidik untuk menertibkan peserta didik, memenejemen kelas dengan baik. Namun perlu ditekankan lagi bahwa pendekatakan ancaman ini hanya boleh dilakukan ketika kelas sudah tidak bisa diatur lagi dan ketika sudah mencoba menggunakan pendekatan lain tetapi suasana kelas masih gaduh dan tidak bisa dikendalikan.
Pelaksanaan dari pendekatan ancama ini seperti melarang untuk melakukan sesuatu, mengejek, menyindir dan memaksa peserta didik. Namun yang harus diingat bahwa memberi ancaman kepada peserta didik harus dalam koridor kewajaran dan diusahakan tidak melukai perasaan peserta didik. Apabila ancaman yang dilakukan pendidik sangat berlebihan, seperti mengejek didapan kelas sehingga semua peserta didik yang lainnya mengerti atau membandingbandingkan, memukul ataupun memaksa yang keterlaluan maka bisa jadi hal itu akan melukai perasaaan siswa. Hal ini ditakutkan siswa menjadi tidak bersemangat lagi mengikuti pelajaran karena rasa malu ataupun rasa dendam kepada pendidik yang telah memberikan ancaman dan mereka bertindak semakin represif didalam kelas.
Pada dasarnya pendekatan ancaman ini termasuk pendekatan yang tidak popular dan sudah seharusnya ditinggal. Karena dianggap melanggar hak asasi manusia. Di era modern ini, paradigma baru dalam dunia pendidikan terkait pengelolaan kelas sudah menghendaki pendekatan yang bersifat keadilan, demokratis, manusiawi dan egaliter. Oleh karenanya pendekatan ancaman sebaiknya ditinggalkan dan hanya boleh digunakan ketika kelas benar-benar tidak dapat dikendalikan.
e.         Pendekatan kebebasan
Lain halnya dengan pendekatan kekuasaan dan pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan merupakan suatu pendekatan dimana guru mengupayakan terciptanya kebebasan untuk peserta didik dalam mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja.
Namun, pendekatakan ini dinilai dapat menganggu kewibawaan pendidik dan memberikan kesempatan kepada pendidik untuk meninggalkan kedisiplinan. Pendekatan ini didasarkan pada sebuah asumsi bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang membantu peserta didk agar merasa bebas untuk mengejarakan apapun kapan saja dan dimana saja.
f.          Pendekatan resep
Pendekatan ini dilakukan dengan cara membuat daftar yang dapat menggambarkan segala sesuatu yang boleh atau tidak boleh dilakukan oleh pendidik dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi didalam kelas. Tugas pendidik disini adalah mengikuti petunjuk sesuai dengan yang tertulis dalam resep.
g.         Pendekatan disiplin diri
Bukan hanya pendidik yang dapat menentukan atau menilai peserta didik, melainkan peserta didik juga harus mampu membangun kepercayaan pada dirinya sendiri, mampu menciptakan disiplin diri untuk dapat menilai dan mengubah tingkah lakunya. Pendekatan ini memandang bahwa pengelolaan kelasberfungsi sebagai kecakapan peserta didik untuk membangun dan memelihara hubungan pekerjaan pendidik dengan peserta didik.
h.         Pendekatan sosioemosional
Pendekatan ini berupaya untuk menciptakan iklim sosioemosional yang positif dalam kelas. Hubungan sosioemosial yang dimaksud adalah hubungan yang baik antara pendidik dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik lainnya.
i.          Pendekatan proses kelompok
Pendekatan proses kelompok merupakan suatu upaya yang dilakukan pendidik dalam mengelompokkan peserta didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan demi menciptakan suasana kelas yang bergairah dan aktif bagi setiap peserta didik.
j.          Pendekatan pluralistic
Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan yang memberikan kebebasan kepada pendidik untuk memilih serta menggunakan berbagai pendekatan lainnya yang sesuai dengan suasana yang dihadapi demi terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif dan terarah.
3.         Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
Mengola kelas bukanlah suatu hal yang dapat dengan mudah dan ringan dilakukan. Secara umum ada dua faktor masalah yang dapat timbul dalam kelas, yaitu faktor internal peserta didik dan faktor eksternal peserta didik.
Faktor internal yang ditimbulkan dari peserta didik kerap sekali berhubungan dengan masalah emosi, pikiran dan perilaku. Kepribadian dari peserta didik yang berbeda-beda dengan ciri khas yang berbeda-beda pula baik dari segi biologis, intelektual maupun psikologi. Hal ini membutuhkan penanganan yang ekstra dan harus dikelola dengan arif, bijaksana dan dewasa. Sedangkan faktor eksternal yang timbul dari peserta didik terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa dalam kelas dan lain sebagainya.
Ada konsep fisik dan konsep sosial didalam kelas, pendidik harus mampu mengola kedua aspek tersebut agar proses pembelajaran berjalan dengan baik secara efektif. Dalam konteks ini, pendidik bertugas menciptakan, memperbaiki dan memelihara sistem atau organisasi kelas. Karena itu, kondisi kelas merupakan hal yang sangat penting dalam keberhasilan proses pembelajaran dan supaya tujuan dari pengelolaan kelas itu tercapai, yaitu memotivasi serta merangsang peserta didik agar aktif dalam pembelajaran.
Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam pengelolaan kelas terdapat beberapa prinsip yang harus dilaksanakan demi kelancaran dan keberhasilan serta untuk memperkecil timbulnya masalah atau gangguan dalam mengola kelas. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

a.         Prinsip kehangatan dan antusias.
Misalnya dengan cara mendekati peserta didik dan menanyakan persoalan yang mungkin di alami oleh peserta didik maka disitu pendidik harus mampu memberikan solusi atas persoalan yang dialami oleh peserta didik. Dalam hal ini pendidik bukan hanya menjadi pendidik tetapi juga sebagai konsultan bagi peserta didiknya.
b.         Menciptakan berbagai tantangan
Pada umumnya peserta didik sangat tertarik dengan suatu tantangan. Memulai pelajaran dengan memberikan beberapa tantangan kepada peserta didik akan membangkitkan motivasi yang sangat tinggi dan dapat menumbuhkan antusiasme siswa belajar.
Memberi tantangan kepada peserta didik di awal pembelajaran itu dapat digunakan untuk memancing perhatian peserta didik, selain itu juga akan dapat membangkitkan semangat belajar meraka. Sehingga menimbulkan perasaan tertantang pada peserta didik yang dapat mengunggah rasa antusiasme peserta didik untuk berfikir lebih lagi dari biasanya dan dapat lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Selain itu hal ini memungkinkan seorang pendidik akan selalu bersemangat dan terus belajar dalam mengatasi berbagai hal yang dapat mengurangi kemungkinan terjadinya perilaku yang menyimpang. Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh oleh pendidik dalam memberikan tantangan, antara lain:
1)         Melakukan evaluasi
Mengadakan evaluasi secara sederhana setiap selesai meyampaikan materi pembelajaran. Selain itu bisa dengan mengadakan evaluasi di awal pelajaran dengan melontarkan beberapa pertanyaan yang terkait pengetahuan secara umum sesuai dengan materi yang akan disampaikan
Dalam memberikan evaluasi pendidik dapat menyampaikannya melalui permainan, msalnya dengan mengadakan kuis atau cerdas cermat agar peserta didik tidak bosan apabila selalu dalam proses pembelajaran yang formal.
2)         Mengaitkan dengan dunia luar
Belajar akan terasa sangat membosanan apabila hanya terpaku pada materi yang ada di buku saja. Peserta didik juga sangat membutuhkan pengaplikasian secara langsung, oleh karena itu sebaiknya pendidik harus pandai dalam mengaitkan materi pelajaarannya dengan memberikan contoh dalam dunia nyata
Hal ini dimaksudkan agar peserta didik bukan hanya paham secara tersirat saja tetapi juga paham dalam pengaplikasian secara riil. Dan ini merupakan tantangan yang sulit bagi pendidik untuk selalu menguhubungkan materi ajarnya dengan kejadian dikehidupan sehari-hari.
3)         Menggunakan metode yang variatif
Penggunaan metode, pendekatan, teknik, gaya, media dan alat pengajaran yang bervariasi yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan menghilangkan kejenuhan
c. Penggunaan cara dan perbuatan yang fleksibel, luwes dan menyenangkan. Keadaan ini diharapkan dapat menghilangkan berbagai masalah yang mungkin terjadi
d. Mengupayakan hal-hal yang positif bagi peserta didik dan menghindari sejauh mungkin kesalahan yang dapat memancing peserta didik untuk bersikap negatif kepada pendidik
e. Mengedepankan sikap teladan dihadapan peserta didik dengan tujuan agar peserta didik dapat lebih patuh dan hormat bukan karena rasa takut melainkan karena rasa bangga peserta didik kepada pendidik. Selain itu agar peserta didik dapat mencontoh hal yang positif dari pendidik.

4. Konsep Tradisional dan Modern Pengelolaan Kelas
Konsep pengelolaa kelas secara tradisional didefinisikan sebagai segala upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk menciptakan suasana kelas yang tertib dan disiplin. Definisi ini mengarah kepada pengelolaan kelas yang otoriter, dimana sentral dalam kelas hanyalah pendidik.
Pola pembelajaran hanya ada ditangan pendidik. Konsep ini dibangun dengan asumsi bahwa kelas yang disiplin adalah kelas yang patuh secara kepada pendidik, peserta didik harus datang tepat waktu, tempat duduk peserta didik ditentukan oleh pendidik, peserta didik tidak diperkenankan untuk melirik ke arah kiri dan kanan, tidak ada suaru sedikitpun kecuali pendidik yang menerangkan, pendidik menghukum peserta didik didepan teman-temannya apabila melakukan penyimpangan. Hal-hal seperti itu dianggap indikator suksesnya kegiatan pembelajaran.
Ketika pendidik melakukan usaha seperti contoh diatas maka yang ada peserta didik akan merasa tertekan mengikuti pelajaran dikelas, peserta didik akan merasa tidak nyaman dan merasa bosan jika berlamalama berada didalam kelas dan akibat yang lebih fatal dari itu adalah peserta didik kehilangan motivasi belajar karena sikap pendidik yang otoriter. Maka jelas hal itu bukan termasuk pengelolaan kelas yang efektif.
Lain halnya dengan konsep pengelolaan kelas secara modern. Pengeolaan kelas dalam konsep modern dipandang sebagai proses mengorganisasikan atau memanfaatkan segala sumber daya dikelas demi terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Mengorganisasi segala sumber daya dimaksudkan agar pendidik mampu memecahkan berbagai masalah yang menjadi kendala didalam kelas sekaligus menciptakan suasana kelas yang kondusif secara berkesinambungan.
Selain mengorganisasi sumber daya, satu hal yang tak kalah pentingnya adalah pendidik harus mampu memahami karakter peserta didik sehingga dengan mudah pendidik dapat menentukan gaya belajar yang sesuai. Peserta didik akan merasa enjoy dan nyaman ketika pendidik mampu menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang sesuai, dengan begitu kelas akan menjadi kondusif dan proses pembelajaran akan berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

5. Perencanaan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, oleh karena itu pengelolaan kelas membutuhkan perencanaan yang sebelum masuk kedalam kelas dan pengorganisasian yang baik ketika dalam proses pembelajaran. Pendidik harus berupaya menjadi “perencana” kelas yang baik. Ketertiban dan kedisiplinan dalam kelas membutuhkan perencanaan yang optimal. Perencanaan harus dipikirkan secara matang agar ketika didalam kelas pendidik mampu mengajar dengan baik, mengola kelas dengan efektif dan dengan mudah menghadapi beragam masalah yang timbul. Ada beberapa hal yang penting dalam perencanaan, sebagai berikut:
a. Menyiapkan silabus dan RPP
b. Mengenalisis karakter peserta didik yang akan mengikuti pelajaran
c. Mengukur tingkat kemamuan peserta didik pada taraf sebelumnya
d. Menyiapkan materi yang akan diajarkan
e. Menentukan model pembelajaran serta merencanakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar
f. Menentukan alat dan media pembelajaran yang akan digunakan
g. Menentukan tempat dan waktu pembelajaran
h. Menentukan sumber belajar yang dapat digunakan 
i. Menentukan alat evaluasi yang diperlukan
Alat dan bahan :
1.         Buku
2.         Peralatan tulis
3.         Kamera
4.         Reward (berupa pulpen yang di berikan bagi yang menjawab dan bertanya)

Analisis Data
Data yang didapatkan dari kelas 12 ( A ) siswa SMK Nusa Penida terdiri dari 19 siswa yang terdiri dari 12 laki-laki dan 7 perempuan. Kesimpulan ditarik berdasarkan Observasi yang dilakukan serta diskusi kelompok yang kemudian akan menunjukkan bagaimana Manajemen kelas yang ada di SMK Nusa Penida.

Objek atau Subjek
Data yang diambil adalah di sekolah SMK Nusa Penida Medan dengan subjek penelitian adalah siswa kelas 12  SMK Nusa Penida. Populasi siswa di SMK Nusa Penida berjumlah sekitar  orang, sedangkan sampel yang digunakan berjumlah 21 orang yang diambil dari kelas 12 ( kelas A )


Jadwal Pelaksanaan
9 Maret 2017 : Menetukan sekolah yang akan diobservasi
10 Maret 2017 : Mensurvey lokasi sekolah SMK Nusa Penida, dan bertanya mengenai                                               kesediaan sekolah dalam pengambilan data
11 Maret 2017 : Sekolah Menyatakan bersedia
13 Maret 2017 : Mengurus surat izin dari fakultas
16 Maret 2017 : Berdiskusi dengan kelompok mengenai pelaksaan observasi
20 Maret 2017 : Berdiskusi mengenai pertanyaan dan hal-hal yang ingin disampaikan
23 Maret 2017 : Surat izin dari fakultas keluar
29 Maret 2017 : Membeli reward berupa pulpen untuk siswa SMK yang menjawab pertanyaan
30 Maret 2017 : Melakukan observasi ke SMK Nusa Penida Medan
Kalkulasi Biaya
  1. Membeli reward ( pulpen ) : Rp 12.000,-
    Pelaksanaan
    Penelitian dilakukan pada tanggal 30 Maret 2017 ke sekolah SMK Nusa Penida. Kelompok berangkat dari rumah masing-masing pada pukul 08:30 WIB dan sampai di sekolah SMK Nusa Penida pada pukul 10:00 WIB. Sebelum melakukan observasi kelompok membagi tugas untuk didalam kelas. kelompok memasuki ruang guru untuk berbicara terlebih dahulu kepada kepala sekolah SMK Nusa Penida dan berdiskusi mengenai kelas mana yang akan diobservasi. Kelompok dibawa oleh ibu guru untuk memasuki ruangan kelas yang pada saat itu sedang belajar matematika. Guru mempersilahkan kami masuk dan mengulang pembelajaran dari awal agar hal yang ingin diobervasi bisa berjalan maksimal. Kelompok mengamati cara guru menerangkan dan atensi siswa selama kurang lebih 25 menit.
    Pelaporan dan Evaluasi
    Laporan
  1. Teori Belajar
    Dalam kegiatan pembelajaran di SMK Nusa Penida dipandu  metode yang digunakan adalah Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).
    Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas.
    Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :
    1). Penyampaian materi oleh guru.
    2). Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.
    3). Pemberian tugas kepada siswa
    .Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang diterapkan guru
  2. Motivasi
Berdasarkan hasil pengamatan, motivasi siswa SMK Nusa Penida Medan yang paling dominan adalah motivasi instrinsik yaitu lebih menekankan motivasi belasal dari dalam diri sendiri. Pada saat observasi dilakukan, salah satu teman kami menanyakan tentang hal tersebut, dan salah satu seorang siswa menjawab bahwa motivasi ia masuk SMK bukan dorongan dari luar, melainkan doronngan dari dalam diri sendiri.

  1. Orientasi Belajar
Orientasi belajar yang digunakan adalah perpaduan antara Student-Centered Learning (SCL) dan Teacher-Centered Learning (TCL). Namun yang lebih dominan adalah TCL.
Orientasi SCL terlihat dengan adanya diskusi dalam membahas soal dalam kelas, tampak seorang guru memberikan solusi dalam menggerjakan soal tersebut.
Orientasi TCL terlihat ketika guru menerangkan di depan dengan gaya presentasi dan siswa memperhatikan guru. Selain itu guru juga memberikan contoh soal yang dikerjakan secara bersama dengan para siswa.
4. Manajemen Kelas
a.       Lingkungan Fisik Kelas
Ruang-ruang kelas di SMK Nusa Penida Medan cukup luas sehingga ruangan tidak terlalu padat. Siswa dalam kelas terdapat 18 siswa. Fasilitas seperti papan tulis,proyektor,jam dinding kipas angin, dan meja belajar ada di dalam ruangan. Seperti sekolah pada umumnya, setiap dua orang siswa berada di meja yang sama. Kelas menggunakan white board dan mempunyai sebuah proyektor yang tergantung di langit-langit atap kelas.
Hal yang disayangkan adalah kondisi kelas yang berada di lantai 3. Di dalam kelas juga jam dinding tampaknya mati, sehingga waktu tidak menunjukan dengan sesuai. Pada kondisi umum, gaya penataan kelas adalah gaya auditorium dimana semua siswa duduk menghadap guru. Gaya auditorium ini menmbatasi kontak antar siswa tatap muka dan guru bebas bergerak kemana saja.

b.      Gaya Pengajaran
Gaya pengajaran yang digunakan oleh Guru Matematika ketika observasi dilakukan adalah gabungan antara gaya permisif dan otoritatif.  Guru tidak memberikan banyak dukungan untuk pengelolaan perilaku namun guru melibatkan murid dalam kerja sama dan menjelaskan aturan untuk dipahami dalam pengerjaan tugas. Hal ini terlihat ketika guru membahas soal di depan, namun sekalian mendiskusikannya kepada murid-murid.

Dari data yang diperoleh didapatkan hasil sebagai berikut :
  • Pada awal saat memulai pembelajaran, guru selalu memberikan motivasi pada siswa agar semangat dalam mengikuti pelajaran dan fokus karena sebentar lagi para murid akan menghadapi ujian nasional
  • 2 orang menyatakan bahwa mereka memilih sekolah kejuruan karena motivasi intrinsik ( dorongan dalam diri )
  • 3 orang menyatakan bahwa suasana kelas sudah cukup nyaman untuk proses belajar
  • 2 orang menyatakan lebih suka belajar dengan santai
  • 1 orang menyatakan bahwa nyaman-nyaman saja berada disuatu kelas bersama dengan teman-teman yang memilik beragam suku dan agama
    Desain Poster
    Evaluasi
    Beberapa halangan seperti jadwal perkuliahan yang padat, kesepakatan mengenai jadwal observasi, kesempatan tiap anggota kelompok, dan sebagainya, menjadi alasan observasi ini dilaksanakan sedikit terlambat. Setelah membuat kesepakatan dengan pihak sekolah, akhirnya observasi ini dapat dilakukan, tepatnya pada tanggal 30 Maret 2017.
    Observasi yang dilakukan sedikit melenceng dengan waktu yang ditargetkan, observasi seharusnya dilakukan sekitar pukul 08.30, namun karena alasan tertentu membuat observasi harus diundur hingga pukul 9.30. sebelum kami melakukan observasi, kami menyiapkan reward (berupa pulpen) untuk diberikan kepada siswa yang aktif dalam menjawab ataupun memberikan pertanyaan. Meskipun mayoritas diantara siswa telihat kurang kompetitif dan malu untuk berbicara, beberapa siswa terlihat bersemangat dan menunjukkan sikap apresiatif terhadap reward yang kami berikan.
    Beberapa kendala lainnya adalah sikap kurang kondusif yang terdapat didalam kelas yang kami observasi. Siswa laki-laki (dimana karena laki-laki menjadi kaum mayoritas dikelas tersebut) sangat mudah untuk memancing keributan tanpa mempedulikan 2 orang guru yang mendampingi kami selama observasi, beberapa sikap kurang sopan juga ditunjukkan oleh mereka, sehingga tidak jarang kami merasa kesulitan ketika memulai pembicaraan dengan mereka.
    Terlepas dari beberapa kendala yang terdapat pada observasi ini, secara keseluruhan, mini proyek ini dapat terlaksana dengan lancar.
    Testimoni

  • M Pranandha S : Selain observasi ini dapat meningkatkan pemahaman saya tentang implementasi dari teori-teori yang telah kami pelajari sebelumnya, observasi ini juga menambah pengalaman saya dalam menekuni bidang psikologi.
  • Vania Salsabyla : Observasi ini sangat berguna untuk menambah pengalaman saya. Dimana saya melihat bahwa kondisi kita dalam belajar sangat penting guna menarik perhatian kita pada materi yang diajarkan oleh guru. Meskipun banyak siswa yang terlihat kurang termotivasi dan masih malu untuk memberi pendapat tapi hal itu saya maklumi karena mereka masih dibangku sekolah, dimana belum menuntut mereka untuk tampil didepan kelas. ada beberapa siswa yang sangat ramah atas kehadiran kelompok kami dan hal itu membuat saya sangat senang karena mereka memberikan respond yang baik terhadap hal-hal yang kami tanyakan.
  • Erika Sustari :  Tugas mengobservasi ini pengerjaannya memang mudah tapi juga susah. Saat mengobservasi juga banyak hal yang terjadi yang bisa menjadi pengalaman cukup berharga dengan cara memaknai setiap kejadian yang terjadi.
  • Risky Amelia : Pemberian tugas untu observasi ke sekolah sangat menarik buat saya, dan merupakan hal yang baru buat saya. Selama melakukan observasi saya merasa senang dan bersemangat walaupun ada sedikit kesal karena tingkah siswa yang kurang baik dalam merespon kedatangan kami. Obervasi yang kami laksanakan menambah pengetahuan baru bagai saya, salah satunya bagaimana cara mengobservasi. Dan kegiatan ini juga melatih saya untuk lebih aktif, berani, dan lebih pintar untuk membaca situasi yang ada khususnya pada lingkungan baru, serta lebih memahami dan mengerti bagaimana cara untuk bersosialisasi dengan lingkungan yang baru pula.
  • Fernaldo Frans : Saya begitu semangat saat ingin mengobservasi di SMK Nusa Penida dikarenakan dapat menambah pengalaman saya sebagai calon peneliti tentunya. Dibalik itu terdapat kesenangan sendiri dimana teringat-ingat saat suasana masih di sekolah dulu, walau sedikit tidak seperti yang diharapkan saat observasi berlangsung, dapat melakukan observasi adalah pengalaman yang luar biasa
  • Helen Oktavia : Saat melakukan observasi saya sangat antusias karena ini adalah pengalaman baru untuk saya. Walaupun siswa SMK Nusa Penida terlihat memiliki sikap antusias yang kurang baik, tetapi beberapa orang juga memberi respond yang positif atas kedatangan kelompok kami
  • Via Dwi Wulandari : Melakukan observasi di SMK Nusa Penida cukup menyenangkan untuk saya, dimana saya bisa melihat proses belajar didalam kelas 12 dan membuat kesimpulan atas apa saja yang terjadi pada saat proses belajar berlangsung. Kesempatan ini menambah pengalaman saya dan memberikan saya beberapa pelajaran mengenai pentingnya sebuah manajemen kelas untuk menambah motivasi siswa
    Dokumentasi
  • Halaman depan SMK Nusa Penida
  • Saat guru sedang menyampaikan materi
  • Foto bersama siswa kelas 12 ( A ) SMK Nusa Penida
  • Foto dengan kepala sekolah SMK Nusa Penida
  • Mendapat surat balasan dari SMK Nusa Penida untuk Fakultas Psikologi USU
    Daftar Pustaka
  • Santrock., J.W. 2008. Psikologi Pendidikan ( edisi kedua ). Jakarta : Prenada Media Group
  • http://digilib.uinsby.ac.id/5019/Bab%202.pdf



Diberdayakan oleh Blogger.

recent posts