- M Prananda
Sikumbang 161301068
Topik : Suasana
kelas dan cara pengajaran guru dikelas pada siswa SMK
Judul: Manajemen
Kelas pada siswa kelas 12 di SMK Nusa Penida
Perencanaan
Pendahuluan
Untuk memiliki
skill tertentu pada zaman sekarang ini sangatlah dibutuhkan. Dimana, banyaknya
tenaga kerja terlihat lebih berkualitas dan kompeten jika ia tidak hanya
memiliki wawasan yang luas, namun juga memiliki skill tertentu. Hal ini
berkaitan dengan susahnya untuk menjadi anggota suatu perusahaan ataupun
membuka suatu lapangan kerja tanpa sebuah skill yang baik. Adapun topik
tersebut kami pilih karena kualitas seorang manusia itu bisa ditentukan oleh
salah satunya skill atau kemahiran tertentu yang dimiliki, pada saat masa
pembelajaran, suasana dan cara penyampaian pengajar sangatlah berpengaruh untuk
proses dan perkembangan berpikir. Disini kami membahas tentang bagaimana
manajemen kelas tersebut karena pembelajaran yang efektif didasari oleh
penyampaian pengajar dan kekondusifan kelas saat pembelajaran berlangsung. Jika
kelas memiliki manajemen kelas yang baik, para murid maupun pengajar akan
memiliki energi positif yang akan menciptakan suasana dan pemikiran yang baik dalam
melaksanakan pembelajaran, dan tentunya suasana tempat belajar dan cara penyampaian
pengajar sangat baik maka daya serap siswa juga akan bekerja dengan maksimal
Objek yang kami
pilih dalam penelitian ini adalah murid kelas 3 SMK Nusa Penida, Medan. Sekolah
ini kami pilih karena skill yang baik harusnya dibentuk dan diasah sejak dini,
dan SMK Nusa Penida ini adalah sebuah sekolah kejuruan dimana para murid telah
belajar ditempat atau kejuruan yang mereka tentukan untuk lebih memfokuskan
minat mereka. Dengan memilih sekolah kejuruan, para murid dapat mengasah skill
mereka dengan mempelajarinya sejak dini, karena banyak murid di sekolah biasa
tentunya belum bisa memilih minat mereka.
Penelitian ini
bertujuan untuk melihat keantusiasan siswa dalam belajar dan melihat bagaimana
dukungan atau arahan pengajar dalam memotivasi siswa untuk selalu meningkatkan
semangat murid kelas 12 dalam belajar.
Landasan
Teori
A. Tinjauan
Tentang Pengelolaan Kelas
Pendidik memegang
peran yang sangat penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Ada
banyak indikator yang menunjukkan pendidik tersebut berhasil dalam mengajarnya,
di antara indikator tersebut yaitu seorang pendidik harus menguasai materi atau
bahan pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik, memiliki
kemampuan berinteraktisi yang baik dengan peserta didik, mampu memilih dan
menggunakan metode, startegi dan media yang sesuai dengan materi yang
diajarkan, mampu mendesain pembelajaran dengan baik, selain itu pendidik mampu
menciptakan atmosfer “suasana” kelas yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Mengajar
merupakan usaha yang dilakukan oleh pendidik dalam mengorganisasi lingkungan
belajar sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan serta untuk memotivasi
peserta didik agar lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Oleh
karenanya kegiatan pembelajaran yang sangat penting adalah terletak pada
kearifan dalam mengorganisasi lingkungan.
Proses
pembelajaran yang baik akan meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan dalam
pembelajaran. Oleh karenanya, sangat penting bagi pendidik memiliki kemampuan
dalam mengola kelas dengan baik, menciptakan suasana kelas yang harmonis
sehingga pembelajaran berjalan dengan optimal. Beberapa indikator tersebut
adalah ciri dari guru yang mampu menguasai kelas atau mengola kelas dengan baik
sehingga keberhasilan dalam belajar mengajar tercapai.
1. Pengertian dan Tujuan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas
terdiri dari dua suka kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Jika dilihat dalam
kamus besar bahasa Indonesia pengelolaan merupakan proses yang memberikan
pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan
pencapaian tujuan.
Pengertian kelas
dalam arti bahasa adalah ruang tempat belajar di sekolah atau juga bisa
diartikan sebagai sekelompok masyarakat berdasarkan pendidikan, penghasilan,
kekuasaan,Proses Belajar Mengajar,
Menurut Arikunto,
kelas tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian
yang lebih spesifik seperti yang telah
dikenal dalam dunia pendidikan, kelas merupakan sekumpulan siswa yang menerima
mata pelajaran yang sama dari seorang pendidik yang sama dan dalam waktu yang
sama pula.
Pengelolaan kelas
adalah kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar yang optimal serta
dapat mengatasi berbagai masalah yang timbul dalam kelas selama proses belajar
mengajar. Berbagai upaya dalam menciptakan suasana belajar yang optimal antara
lain dengan menata ruangan/fisik kelas dengan baik, penataan kursi dan bangku
peserta didik serta berbagai sarana dan prasarana yang ada didalam kelas,
selain mengola fisik kelas pendidik juga harus mengola sistem pembelajaran yang
baik agar peserta didik mampu menerima materi yang disampaikan pendidik secara
maksimal dengan lebih nyaman, menyenangkan dan dinamis di dalam kelas.
Pengelolaan kelas
menurut Ahmad Rohani adalah merujuk kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan
dan mempertahankan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan
“raport”, penghentian tingkah laku peserta didik yang menyelewengkan perhatian
kelas, pemberian ganjaran bagi ketetapan waktu penyelesaian tugas oleh
penetapan norma kelompok yang produktif dan sebagainya).
Menurut Sudarwan
Danim manajemen kelas atau pengelolaan kelas dapat didefinisikan sebagai
berikut :
a. Pengelolaan kelas adalah seni atau
parksis (praktik dan startegi) kerja yaitu pendidik bekerja secara individu, dengan
atau melalui orang lain untuk mengoptimalkan sumber daya kelas bagi penciptaan
proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Yang dimaksud dengan sumber daya
kelas adalah instrument, proses pembelajaran sebagai inti dan hasil belajar
sebagai muaranya
b. Pengelolaan kelas merupakan proses
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan oleh pendidik, baik
individu maupun dengan orang lain untuk mengoptimalkan proses pembelajaran.
Kata perencanaan pembelajaran dan unsur-unsur penunjangnyaPelaksanaan bermakna
proses pembelajaran sedangkan evaluasi bermakna evaluasi pembelajaran yang
terdiri dari dua jenis yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil pembelajaran
c. Pengelolaan kelas merupakan proses
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan oleh
pendidik baik individu maupun dengan orang lain untuk mencapai tujuan 22 Ahmad
Rohani, Pengelolaan Pengajaran pembelajaran yang efektif dan efisien dengan
cara memanfatkan segala sumber daya yang ada.
Salman Rusydie
mendefinisikan pengelolaan kelas yang tak jauh beda dari tokoh-tokoh diatas,
menurutnya pengelolaan kelas merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk
mengatur agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara sistematis. Usaha
tersebut mengarah pada persiapan materi yang akan diajarkan, persiapan berbagai
sarana dan prasarana atau alat peraga jika ada, pengaturan fisik kelas (ruang
belajar), mewujudkan situasi dan kondisi belajar yang nyaman sehingga tidak
membosankan bagi peserta didik dan pengaturan waktu yang baik serta terus
mengontrol jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir dengan baik sehingga
tujuan kurikulum dapat tercapai.
Sedangkan
pengelolaan kelas menurut Mulyasa yang dikutip oleh Martinis Yamin dan Maisah
dalam bukunya “Manajemen Pembelajaran Kelas” mengatakan bahwa pengelolaan kelas
merupakan keterampilan pendidik dalam menciptakan iklim/suasana pembelajaran
yang kondusif dan efektif serta kemampuan dalam mengendalikannya jika terjadi
gangguan dalam pembelajaran.
Ada beberapa
indikator dalam menentukan keberhasilan mengelola kelas, Menurut Edmund, Emmer
dan Caroly Evertson yang dikutip oleh Sri Esti Wuryani Djiwandono, bahwa
indikator keberhasilan dari pengelolaan kelas adalah sebagai berikut :
1. Tingkah laku guru yang dapat
menghasilkan prestasi siswa yang tinggi karena keterlibatan siswa dikelas
2. Tingkah laku siswa yang tidak banyak
menganggu kegiatan guru dan siswa lain 3. Menggunakan waktu belajar yang
efisien.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah suatu kegiatan terencana yang dilakukan
oleh pendidik dalam mengola kelas dengan menggunakan sumber daya yang ada. Baik
dari segi fisik kelas maupun material. Dari segi fisik misalnya dalam mengola
bangku serta sarana dan prasana yang ada, sedangkan dari segi material terdiri
dari kemampuan pendidik dalam berinteraksi dengan peserta didik, kemampuan
pendidik dalam menggunakan metode serta strategi yang tepat dan kemampuan
pendidik dalam menggunakan media yang sesuai. Dan yang tidak kalah pentingnya
adalah dengan mengola kelas dengan baik pendidik dapat dengan mudah mengatasi
berbagai masalah yang muncul selama proses pembelajaran.
Semua hal tersebut
dimaksudkan untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif sehingga peserta
didik menjadi lebih nyaman dan menyenangkan selama proses belajar mengajar
serta peserta didik dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki dengan begitu
tujuan pendidikan akan tercapai dengan maksimal.
2. Pendekatan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas
bukanlah masalah yang berdiri sendiri, melaikan ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Permasalahan yang timbul dari peserta didik merupakan faktor
utama yang terkait langsung dengan pengelolaan kelas. Oleh karenanya ada
beberapa pendekatan yang dapat diaplikasikan didalam mengola kelas yang sesuai
dengan masalahmasalah yang terjadi. Karena pada intinya pendekatan tersebut
ditujukan untuk meningkatkan kegairahan peserta didik dalam kegiatan belajar
mengajar baik secara individual maupun secara berkelompok. Pendekatan tersebut
antara lain:
a. Pendekatan konseling
Kedisiplinan
peserta didik menjadi fokus utama dalam pengelolaan kelas dan menjadi faktor
yang sangat mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar. Peserta didik yang
mempunyai masalah dan yang sering melakukan penyimpangan harus mendapat
perhatian utama dan penanganan khusus daripada peserta didik yang lainnya.
Dalam hal ini
pendidik harus aktif dalam melakukan pengawasan terhadap peserta didik.
Pendekatan konseling ini menempatkan pendidik untuk selalu berupaya dalam
mengenali masalah yang dimiliki oleh setiap peserta didik sekaligus mampu
memberikan solusi untuk memecahkan masalahnya. Selain itu pendidik harus mampu
membantu peserta didik untuk mengenali diri mereka sendiri sehingga peserta
didik mampu mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya.
Dengan begitu
apabila pendidik menguasai dalam pendekatan konseling ini maka proses belajar
mengajar dikelas akan berjalan lancar sesuai dengan apa yang telah direncanakan
b. Pendekatan perubahan tingkah laku
Pendekatan
perubahan tingkah laku dalam pengelolaan kelas dimaksudkan merubah tingkah laku
peserta didik dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Agar pengelolaan kelas
dapat tercapai dengan baik, berjalan dengan efektif, maka pendidik harus
melakukan pendekatan perubahan tingkah laku.
Peran pendidik
dalam pendekatan ini adalah mengembangkan tingkah laku yang baik dari peserta
didik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik dari peserta didik. Dalam hal
ini pendidik berupaya merubah tingkah laku peserta didik misalnya dengan
memberikan reward kepada peserta didik. Ada dua macam reward dalam dunia
pendidikan, yaitu:
1) Reward Positif
Reward positif
diberikan kepada peserta didik yang berprestasi, peserta didik yang bertingkah
laku baik dan peserta didik yang menampilkan sikap positif ketika dalam proses
belajar mengajar.
Reward positif
bisa dengan memberikan pujian didepan teman-temannya atau juga dengan cara
memberikan nilai tambahan kepada peserta didik tersebut.
2) Reward Negatif
Pada umumnya
peserta didik yang menyimpang akan diberikan hukuman/punishment, tetapi
memberikan hukuman pada dasarnya tidak diperbolehkan dalam proses pebelajaran
dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Maka untuk menangani peserta
didik yang bermasalah atau yang menyimpang, pendidik dapat memberikanya reward
negatif.
Reward negatif
bisa berupa pengurangan nilai atau juga dengan memberikan tugas tambahan untuk
peserta didik yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik jera
dan tidak akan mengulangi perbuatan menyimpang sehingga secara perlahan masalah
tentang tingkah laku peserta didik yang menyimpang atau kurang baik akan
berubah menjadi baik.
c. Pendekatan kekuasaan
Pengelolaan kelas
dapat diartikan sebagai proses mengontrol tingkah laku peserta didik didalam
proses pembelajaran. Menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas secara
kondusif merupakan peran yang sangat penting bagi pendidik. Pendidik memiliki
kekuasaan untuk memerintah peserta didik agar tetap disiplin dan mentaati
aturan/norma yang telah disepakati bersama antara pendidik dan peserta didik.
Pendidik melakukan pendekatan tersebut melalui kekuasaan dalam bentuk norma
yang telah disepakati tersebut.
Dengan demikian,
fungsi pendidik sebagai individu yang berkuasa didalam kelas perlu dipahami dan
diterapkan dengan baik, agar peserta didik dapat mencapai tujuan belajar dan
pembelajaran dengan baik.
d. Pendekatan ancaman
Ancaman juga dapat
dijadikan salah satu pendekatan yang perlu dilakukan pendidik untuk menertibkan
peserta didik, memenejemen kelas dengan baik. Namun perlu ditekankan lagi bahwa
pendekatakan ancaman ini hanya boleh dilakukan ketika kelas sudah tidak bisa
diatur lagi dan ketika sudah mencoba menggunakan pendekatan lain tetapi suasana
kelas masih gaduh dan tidak bisa dikendalikan.
Pelaksanaan dari
pendekatan ancama ini seperti melarang untuk melakukan sesuatu, mengejek,
menyindir dan memaksa peserta didik. Namun yang harus diingat bahwa memberi
ancaman kepada peserta didik harus dalam koridor kewajaran dan diusahakan tidak
melukai perasaan peserta didik. Apabila ancaman yang dilakukan pendidik sangat
berlebihan, seperti mengejek didapan kelas sehingga semua peserta didik yang
lainnya mengerti atau membandingbandingkan, memukul ataupun memaksa yang
keterlaluan maka bisa jadi hal itu akan melukai perasaaan siswa. Hal ini
ditakutkan siswa menjadi tidak bersemangat lagi mengikuti pelajaran karena rasa
malu ataupun rasa dendam kepada pendidik yang telah memberikan ancaman dan
mereka bertindak semakin represif didalam kelas.
Pada dasarnya
pendekatan ancaman ini termasuk pendekatan yang tidak popular dan sudah
seharusnya ditinggal. Karena dianggap melanggar hak asasi manusia. Di era
modern ini, paradigma baru dalam dunia pendidikan terkait pengelolaan kelas
sudah menghendaki pendekatan yang bersifat keadilan, demokratis, manusiawi dan
egaliter. Oleh karenanya pendekatan ancaman sebaiknya ditinggalkan dan hanya
boleh digunakan ketika kelas benar-benar tidak dapat dikendalikan.
e. Pendekatan kebebasan
Lain halnya dengan
pendekatan kekuasaan dan pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan merupakan
suatu pendekatan dimana guru mengupayakan terciptanya kebebasan untuk peserta
didik dalam mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja.
Namun,
pendekatakan ini dinilai dapat menganggu kewibawaan pendidik dan memberikan
kesempatan kepada pendidik untuk meninggalkan kedisiplinan. Pendekatan ini
didasarkan pada sebuah asumsi bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu
proses yang membantu peserta didk agar merasa bebas untuk mengejarakan apapun
kapan saja dan dimana saja.
f. Pendekatan resep
Pendekatan ini
dilakukan dengan cara membuat daftar yang dapat menggambarkan segala sesuatu
yang boleh atau tidak boleh dilakukan oleh pendidik dalam mereaksi semua
masalah atau situasi yang terjadi didalam kelas. Tugas pendidik disini adalah
mengikuti petunjuk sesuai dengan yang tertulis dalam resep.
g. Pendekatan disiplin diri
Bukan hanya
pendidik yang dapat menentukan atau menilai peserta didik, melainkan peserta
didik juga harus mampu membangun kepercayaan pada dirinya sendiri, mampu
menciptakan disiplin diri untuk dapat menilai dan mengubah tingkah lakunya.
Pendekatan ini memandang bahwa pengelolaan kelasberfungsi sebagai kecakapan
peserta didik untuk membangun dan memelihara hubungan pekerjaan pendidik dengan
peserta didik.
h. Pendekatan sosioemosional
Pendekatan ini
berupaya untuk menciptakan iklim sosioemosional yang positif dalam kelas.
Hubungan sosioemosial yang dimaksud adalah hubungan yang baik antara pendidik
dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik lainnya.
i. Pendekatan proses kelompok
Pendekatan proses
kelompok merupakan suatu upaya yang dilakukan pendidik dalam mengelompokkan
peserta didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan demi
menciptakan suasana kelas yang bergairah dan aktif bagi setiap peserta didik.
j. Pendekatan pluralistic
Pendekatan ini
merupakan suatu pendekatan yang memberikan kebebasan kepada pendidik untuk
memilih serta menggunakan berbagai pendekatan lainnya yang sesuai dengan
suasana yang dihadapi demi terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif dan terarah.
3. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
Mengola kelas
bukanlah suatu hal yang dapat dengan mudah dan ringan dilakukan. Secara umum
ada dua faktor masalah yang dapat timbul dalam kelas, yaitu faktor internal
peserta didik dan faktor eksternal peserta didik.
Faktor internal
yang ditimbulkan dari peserta didik kerap sekali berhubungan dengan masalah
emosi, pikiran dan perilaku. Kepribadian dari peserta didik yang berbeda-beda
dengan ciri khas yang berbeda-beda pula baik dari segi biologis, intelektual
maupun psikologi. Hal ini membutuhkan penanganan yang ekstra dan harus dikelola
dengan arif, bijaksana dan dewasa. Sedangkan faktor eksternal yang timbul dari
peserta didik terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan
siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa dalam kelas dan lain sebagainya.
Ada konsep fisik
dan konsep sosial didalam kelas, pendidik harus mampu mengola kedua aspek
tersebut agar proses pembelajaran berjalan dengan baik secara efektif. Dalam
konteks ini, pendidik bertugas menciptakan, memperbaiki dan memelihara sistem
atau organisasi kelas. Karena itu, kondisi kelas merupakan hal yang sangat
penting dalam keberhasilan proses pembelajaran dan supaya tujuan dari
pengelolaan kelas itu tercapai, yaitu memotivasi serta merangsang peserta didik
agar aktif dalam pembelajaran.
Sehubungan dengan
hal tersebut maka dalam pengelolaan kelas terdapat beberapa prinsip yang harus
dilaksanakan demi kelancaran dan keberhasilan serta untuk memperkecil timbulnya
masalah atau gangguan dalam mengola kelas. Prinsip-prinsip tersebut antara
lain:
a. Prinsip kehangatan dan antusias.
Misalnya dengan
cara mendekati peserta didik dan menanyakan persoalan yang mungkin di alami
oleh peserta didik maka disitu pendidik harus mampu memberikan solusi atas
persoalan yang dialami oleh peserta didik. Dalam hal ini pendidik bukan hanya
menjadi pendidik tetapi juga sebagai konsultan bagi peserta didiknya.
b. Menciptakan berbagai tantangan
Pada umumnya
peserta didik sangat tertarik dengan suatu tantangan. Memulai pelajaran dengan
memberikan beberapa tantangan kepada peserta didik akan membangkitkan motivasi
yang sangat tinggi dan dapat menumbuhkan antusiasme siswa belajar.
Memberi tantangan
kepada peserta didik di awal pembelajaran itu dapat digunakan untuk memancing
perhatian peserta didik, selain itu juga akan dapat membangkitkan semangat
belajar meraka. Sehingga menimbulkan perasaan tertantang pada peserta didik
yang dapat mengunggah rasa antusiasme peserta didik untuk berfikir lebih lagi
dari biasanya dan dapat lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Selain itu hal ini
memungkinkan seorang pendidik akan selalu bersemangat dan terus belajar dalam
mengatasi berbagai hal yang dapat mengurangi kemungkinan terjadinya perilaku
yang menyimpang. Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh oleh pendidik dalam
memberikan tantangan, antara lain:
1) Melakukan evaluasi
Mengadakan
evaluasi secara sederhana setiap selesai meyampaikan materi pembelajaran.
Selain itu bisa dengan mengadakan evaluasi di awal pelajaran dengan melontarkan
beberapa pertanyaan yang terkait pengetahuan secara umum sesuai dengan materi
yang akan disampaikan
Dalam memberikan
evaluasi pendidik dapat menyampaikannya melalui permainan, msalnya dengan
mengadakan kuis atau cerdas cermat agar peserta didik tidak bosan apabila
selalu dalam proses pembelajaran yang formal.
2) Mengaitkan dengan dunia luar
Belajar akan
terasa sangat membosanan apabila hanya terpaku pada materi yang ada di buku
saja. Peserta didik juga sangat membutuhkan pengaplikasian secara langsung,
oleh karena itu sebaiknya pendidik harus pandai dalam mengaitkan materi
pelajaarannya dengan memberikan contoh dalam dunia nyata
Hal ini
dimaksudkan agar peserta didik bukan hanya paham secara tersirat saja tetapi
juga paham dalam pengaplikasian secara riil. Dan ini merupakan tantangan yang
sulit bagi pendidik untuk selalu menguhubungkan materi ajarnya dengan kejadian
dikehidupan sehari-hari.
3) Menggunakan metode yang variatif
Penggunaan metode,
pendekatan, teknik, gaya, media dan alat pengajaran yang bervariasi yang dapat
meningkatkan motivasi belajar dan menghilangkan kejenuhan
c. Penggunaan cara
dan perbuatan yang fleksibel, luwes dan menyenangkan. Keadaan ini diharapkan
dapat menghilangkan berbagai masalah yang mungkin terjadi
d. Mengupayakan
hal-hal yang positif bagi peserta didik dan menghindari sejauh mungkin
kesalahan yang dapat memancing peserta didik untuk bersikap negatif kepada
pendidik
e. Mengedepankan
sikap teladan dihadapan peserta didik dengan tujuan agar peserta didik dapat
lebih patuh dan hormat bukan karena rasa takut melainkan karena rasa bangga
peserta didik kepada pendidik. Selain itu agar peserta didik dapat mencontoh
hal yang positif dari pendidik.
4. Konsep
Tradisional dan Modern Pengelolaan Kelas
Konsep pengelolaa
kelas secara tradisional didefinisikan sebagai segala upaya yang dilakukan oleh
pendidik untuk menciptakan suasana kelas yang tertib dan disiplin. Definisi ini
mengarah kepada pengelolaan kelas yang otoriter, dimana sentral dalam kelas
hanyalah pendidik.
Pola pembelajaran
hanya ada ditangan pendidik. Konsep ini dibangun dengan asumsi bahwa kelas yang
disiplin adalah kelas yang patuh secara kepada pendidik, peserta didik harus
datang tepat waktu, tempat duduk peserta didik ditentukan oleh pendidik,
peserta didik tidak diperkenankan untuk melirik ke arah kiri dan kanan, tidak
ada suaru sedikitpun kecuali pendidik yang menerangkan, pendidik menghukum
peserta didik didepan teman-temannya apabila melakukan penyimpangan. Hal-hal
seperti itu dianggap indikator suksesnya kegiatan pembelajaran.
Ketika pendidik
melakukan usaha seperti contoh diatas maka yang ada peserta didik akan merasa
tertekan mengikuti pelajaran dikelas, peserta didik akan merasa tidak nyaman
dan merasa bosan jika berlamalama berada didalam kelas dan akibat yang lebih
fatal dari itu adalah peserta didik kehilangan motivasi belajar karena sikap
pendidik yang otoriter. Maka jelas hal itu bukan termasuk pengelolaan kelas
yang efektif.
Lain halnya dengan
konsep pengelolaan kelas secara modern. Pengeolaan kelas dalam konsep modern
dipandang sebagai proses mengorganisasikan atau memanfaatkan segala sumber daya
dikelas demi terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Mengorganisasi segala sumber daya dimaksudkan agar pendidik mampu memecahkan
berbagai masalah yang menjadi kendala didalam kelas sekaligus menciptakan
suasana kelas yang kondusif secara berkesinambungan.
Selain
mengorganisasi sumber daya, satu hal yang tak kalah pentingnya adalah pendidik
harus mampu memahami karakter peserta didik sehingga dengan mudah pendidik
dapat menentukan gaya belajar yang sesuai. Peserta didik akan merasa enjoy dan
nyaman ketika pendidik mampu menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang
sesuai, dengan begitu kelas akan menjadi kondusif dan proses pembelajaran akan
berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
5. Perencanaan
Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas
bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, oleh karena itu pengelolaan kelas
membutuhkan perencanaan yang sebelum masuk kedalam kelas dan pengorganisasian
yang baik ketika dalam proses pembelajaran. Pendidik harus berupaya menjadi
“perencana” kelas yang baik. Ketertiban dan kedisiplinan dalam kelas
membutuhkan perencanaan yang optimal. Perencanaan harus dipikirkan secara
matang agar ketika didalam kelas pendidik mampu mengajar dengan baik, mengola
kelas dengan efektif dan dengan mudah menghadapi beragam masalah yang timbul.
Ada beberapa hal yang penting dalam perencanaan, sebagai berikut:
a. Menyiapkan
silabus dan RPP
b. Mengenalisis
karakter peserta didik yang akan mengikuti pelajaran
c. Mengukur
tingkat kemamuan peserta didik pada taraf sebelumnya
d. Menyiapkan
materi yang akan diajarkan
e. Menentukan
model pembelajaran serta merencanakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi
ajar
f. Menentukan alat
dan media pembelajaran yang akan digunakan
g. Menentukan
tempat dan waktu pembelajaran
h. Menentukan
sumber belajar yang dapat digunakan
i. Menentukan alat
evaluasi yang diperlukan
Alat
dan bahan :
1. Buku
2. Peralatan tulis
3. Kamera
4. Reward (berupa pulpen yang di berikan
bagi yang menjawab dan bertanya)
Analisis
Data
Data yang
didapatkan dari kelas 12 ( A ) siswa SMK Nusa Penida terdiri dari 19 siswa yang
terdiri dari 12 laki-laki dan 7 perempuan. Kesimpulan ditarik berdasarkan
Observasi yang dilakukan serta diskusi kelompok yang kemudian akan menunjukkan
bagaimana Manajemen kelas yang ada di SMK Nusa Penida.
Objek
atau Subjek
Data yang diambil
adalah di sekolah SMK Nusa Penida Medan dengan subjek penelitian adalah siswa
kelas 12 SMK Nusa Penida. Populasi siswa
di SMK Nusa Penida berjumlah sekitar orang, sedangkan sampel yang digunakan
berjumlah 21 orang yang diambil dari kelas 12 ( kelas A )
Jadwal
Pelaksanaan
9 Maret 2017 :
Menetukan sekolah yang akan diobservasi
10 Maret 2017 : Mensurvey
lokasi sekolah SMK Nusa Penida, dan bertanya mengenai kesediaan
sekolah dalam pengambilan data
11 Maret 2017 :
Sekolah Menyatakan bersedia
13 Maret 2017 :
Mengurus surat izin dari fakultas
16 Maret 2017 :
Berdiskusi dengan kelompok mengenai pelaksaan observasi
20 Maret 2017 :
Berdiskusi mengenai pertanyaan dan hal-hal yang ingin disampaikan
23 Maret 2017 :
Surat izin dari fakultas keluar
29 Maret 2017 :
Membeli reward berupa pulpen untuk siswa SMK yang menjawab pertanyaan
30 Maret 2017 :
Melakukan observasi ke SMK Nusa Penida Medan
Kalkulasi
Biaya
Membeli reward ( pulpen ) : Rp
12.000,-
Pelaksanaan
Penelitian
dilakukan pada tanggal 30 Maret 2017 ke sekolah SMK Nusa Penida. Kelompok
berangkat dari rumah masing-masing pada pukul 08:30 WIB dan sampai di sekolah
SMK Nusa Penida pada pukul 10:00 WIB. Sebelum melakukan observasi kelompok
membagi tugas untuk didalam kelas. kelompok memasuki ruang guru untuk berbicara
terlebih dahulu kepada kepala sekolah SMK Nusa Penida dan berdiskusi mengenai
kelas mana yang akan diobservasi. Kelompok dibawa oleh ibu guru untuk memasuki
ruangan kelas yang pada saat itu sedang belajar matematika. Guru mempersilahkan
kami masuk dan mengulang pembelajaran dari awal agar hal yang ingin diobervasi
bisa berjalan maksimal. Kelompok mengamati cara guru menerangkan dan atensi
siswa selama kurang lebih 25 menit.
Pelaporan
dan Evaluasi
Laporan
Teori Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran di SMK Nusa Penida dipandu metode yang digunakan adalah Metode ceramah
plus tanya jawab dan tugas (CPTT).
Metode ini adalah metode mengajar gabungan
antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas.
Metode campuran ini idealnya dilakukan secar
tertib, yaitu :
1). Penyampaian materi oleh guru.
2). Pemberian peluang bertanya jawab antara guru
dan siswa.
3). Pemberian tugas kepada siswa.Langkah-langkah kegiatan
pembelajaran yang diterapkan guru
Motivasi
Berdasarkan
hasil pengamatan, motivasi siswa SMK Nusa Penida Medan yang paling dominan
adalah motivasi instrinsik yaitu lebih menekankan motivasi belasal dari dalam
diri sendiri. Pada saat observasi dilakukan, salah satu teman kami menanyakan
tentang hal tersebut, dan salah satu seorang siswa menjawab bahwa motivasi ia masuk
SMK bukan dorongan dari luar, melainkan doronngan dari dalam diri sendiri.
Orientasi Belajar
Orientasi
belajar yang digunakan adalah perpaduan antara Student-Centered Learning (SCL)
dan Teacher-Centered Learning (TCL). Namun yang lebih dominan adalah TCL.
Orientasi
SCL terlihat dengan adanya diskusi dalam membahas soal dalam kelas, tampak
seorang guru memberikan solusi dalam menggerjakan soal tersebut.
Orientasi
TCL terlihat ketika guru menerangkan di depan dengan gaya presentasi dan siswa
memperhatikan guru. Selain itu guru juga memberikan contoh soal yang dikerjakan
secara bersama dengan para siswa.
4. Manajemen Kelas
a. Lingkungan
Fisik Kelas
Ruang-ruang
kelas di SMK Nusa Penida Medan cukup luas sehingga ruangan tidak terlalu padat.
Siswa dalam kelas terdapat 18 siswa. Fasilitas seperti papan
tulis,proyektor,jam dinding kipas angin, dan meja belajar ada di dalam ruangan.
Seperti sekolah pada umumnya, setiap dua orang siswa berada di meja yang sama.
Kelas menggunakan white board dan mempunyai sebuah proyektor yang tergantung di
langit-langit atap kelas.
Hal yang
disayangkan adalah kondisi kelas yang berada di lantai 3. Di dalam kelas juga
jam dinding tampaknya mati, sehingga waktu tidak menunjukan dengan sesuai. Pada
kondisi umum, gaya penataan kelas adalah gaya auditorium dimana semua siswa
duduk menghadap guru. Gaya auditorium ini menmbatasi kontak antar siswa tatap
muka dan guru bebas bergerak kemana saja.
b. Gaya
Pengajaran
Gaya
pengajaran yang digunakan oleh Guru Matematika ketika observasi dilakukan
adalah gabungan antara gaya permisif dan otoritatif. Guru tidak
memberikan banyak dukungan untuk pengelolaan perilaku namun guru melibatkan
murid dalam kerja sama dan menjelaskan aturan untuk dipahami dalam pengerjaan
tugas. Hal ini terlihat ketika guru membahas soal di depan, namun sekalian
mendiskusikannya kepada murid-murid.
Dari data yang
diperoleh didapatkan hasil sebagai berikut :
Pada awal saat memulai
pembelajaran, guru selalu memberikan motivasi pada siswa agar semangat dalam
mengikuti pelajaran dan fokus karena sebentar lagi para murid akan menghadapi
ujian nasional
2 orang menyatakan bahwa mereka
memilih sekolah kejuruan karena motivasi intrinsik ( dorongan dalam diri )
3 orang menyatakan bahwa suasana
kelas sudah cukup nyaman untuk proses belajar
2 orang menyatakan lebih suka
belajar dengan santai
1 orang menyatakan bahwa
nyaman-nyaman saja berada disuatu kelas bersama dengan teman-teman yang memilik
beragam suku dan agama
Desain Poster
Evaluasi
Beberapa halangan
seperti jadwal perkuliahan yang padat, kesepakatan mengenai jadwal observasi,
kesempatan tiap anggota kelompok, dan sebagainya, menjadi alasan observasi ini
dilaksanakan sedikit terlambat. Setelah membuat kesepakatan dengan pihak sekolah,
akhirnya observasi ini dapat dilakukan, tepatnya pada tanggal 30 Maret 2017.
Observasi yang
dilakukan sedikit melenceng dengan waktu yang ditargetkan, observasi seharusnya
dilakukan sekitar pukul 08.30, namun karena alasan tertentu membuat observasi
harus diundur hingga pukul 9.30. sebelum kami melakukan observasi, kami
menyiapkan reward (berupa pulpen) untuk diberikan kepada siswa yang aktif dalam
menjawab ataupun memberikan pertanyaan. Meskipun mayoritas diantara siswa
telihat kurang kompetitif dan malu untuk berbicara, beberapa siswa terlihat
bersemangat dan menunjukkan sikap apresiatif terhadap reward yang kami berikan.
Beberapa kendala
lainnya adalah sikap kurang kondusif yang terdapat didalam kelas yang kami
observasi. Siswa laki-laki (dimana karena laki-laki menjadi kaum mayoritas
dikelas tersebut) sangat mudah untuk memancing keributan tanpa mempedulikan 2
orang guru yang mendampingi kami selama observasi, beberapa sikap kurang sopan
juga ditunjukkan oleh mereka, sehingga tidak jarang kami merasa kesulitan
ketika memulai pembicaraan dengan mereka.
Terlepas dari
beberapa kendala yang terdapat pada observasi ini, secara keseluruhan, mini
proyek ini dapat terlaksana dengan lancar.
Testimoni
M Pranandha S : Selain observasi
ini dapat meningkatkan pemahaman saya tentang implementasi dari teori-teori
yang telah kami pelajari sebelumnya, observasi ini juga menambah pengalaman
saya dalam menekuni bidang psikologi.
Vania Salsabyla : Observasi ini
sangat berguna untuk menambah pengalaman saya. Dimana saya melihat bahwa
kondisi kita dalam belajar sangat penting guna menarik perhatian kita pada
materi yang diajarkan oleh guru. Meskipun banyak siswa yang terlihat kurang
termotivasi dan masih malu untuk memberi pendapat tapi hal itu saya maklumi
karena mereka masih dibangku sekolah, dimana belum menuntut mereka untuk tampil
didepan kelas. ada beberapa siswa yang sangat ramah atas kehadiran kelompok
kami dan hal itu membuat saya sangat senang karena mereka memberikan respond
yang baik terhadap hal-hal yang kami tanyakan.
Erika Sustari : Tugas mengobservasi ini pengerjaannya memang
mudah tapi juga susah. Saat mengobservasi juga banyak hal yang terjadi yang
bisa menjadi pengalaman cukup berharga dengan cara memaknai setiap kejadian
yang terjadi.
Risky Amelia : Pemberian tugas untu
observasi ke sekolah sangat menarik buat saya, dan merupakan hal yang baru buat
saya. Selama melakukan observasi saya merasa senang dan bersemangat walaupun
ada sedikit kesal karena tingkah siswa yang kurang baik dalam merespon kedatangan
kami. Obervasi yang kami laksanakan menambah pengetahuan baru bagai saya, salah
satunya bagaimana cara mengobservasi. Dan kegiatan ini juga melatih saya untuk
lebih aktif, berani, dan lebih pintar untuk membaca situasi yang ada khususnya
pada lingkungan baru, serta lebih memahami dan mengerti bagaimana cara untuk
bersosialisasi dengan lingkungan yang baru pula.
Fernaldo Frans : Saya begitu
semangat saat ingin mengobservasi di SMK Nusa Penida dikarenakan dapat menambah
pengalaman saya sebagai calon peneliti tentunya. Dibalik itu terdapat
kesenangan sendiri dimana teringat-ingat saat suasana masih di sekolah dulu,
walau sedikit tidak seperti yang diharapkan saat observasi berlangsung, dapat
melakukan observasi adalah pengalaman yang luar biasa
Helen Oktavia : Saat melakukan
observasi saya sangat antusias karena ini adalah pengalaman baru untuk saya.
Walaupun siswa SMK Nusa Penida terlihat memiliki sikap antusias yang kurang
baik, tetapi beberapa orang juga memberi respond yang positif atas kedatangan
kelompok kami
Via Dwi Wulandari : Melakukan
observasi di SMK Nusa Penida cukup menyenangkan untuk saya, dimana saya bisa
melihat proses belajar didalam kelas 12 dan membuat kesimpulan atas apa saja
yang terjadi pada saat proses belajar berlangsung. Kesempatan ini menambah
pengalaman saya dan memberikan saya beberapa pelajaran mengenai pentingnya
sebuah manajemen kelas untuk menambah motivasi siswa
Dokumentasi
Halaman depan SMK Nusa Penida
Saat guru sedang menyampaikan
materi
Foto bersama siswa kelas 12 ( A )
SMK Nusa Penida
Foto dengan kepala sekolah SMK Nusa
Penida
Mendapat surat balasan dari SMK
Nusa Penida untuk Fakultas Psikologi USU
Daftar
Pustaka
Santrock., J.W. 2008. Psikologi
Pendidikan ( edisi kedua ). Jakarta : Prenada Media Group
http://digilib.uinsby.ac.id/5019/Bab%202.pdf